Kamis, 15 Desember 2011


Lasmi, seorang gadis kecil berumur 8 tahun yang tinggal di sebuah gubuk kecil bersama Kakek dan Neneknya. Dia tidak bisa sekolah, karena kehidupan ekonomi keluarga yang tidak mencukupi. Ayah dan Ibunya pergi merantau dan tak pulang2, sehingga Lasmi dititip oleh Nenek dan Kakeknya. Sekarang dia membantu Neneknya menjual getuk, sedangkan Kakeknya berprofesi sebagai tukang sol sepatu.
Sebetulnya, Aku sudah pernah mengenalnya, yaitu pada saat Ibuku berlangganan getuk kepadanya. Ya,, tapi Lasmi tak lagi muncul, tak tahu kenapa dia tak berjualan getuk lagi. Aku merasa bingung..

Minggu pagi, jam 09.15
"Ya ampun, busnya lama sekali..." desahku sambil mentapa jam tanganku. Sekarang sudah pukul 09.15, sementara belajar tambahannya di mulai jam 09.35.. Huh,, Aku mulai menyesal bangun telat. Untuk apa apa aku berdiam diri di halte ini cuma untuk menunggu bus yang kadang-kadang datangnya tak tepat waktu.
Tiba-tiba, datang seorang gadis kecil berpakaian lusuh sambil membawa nampan.
"Siapa ya, perasaan pernah liat." gumamku dalam hati. Aku berpikir kerasa untuk mencari tau siapa gadis itu, Oh ya, Aku baru ingat, Gadis itu Lasmi..
"Lasmi.." sapa ku kepadanya
"Iya mbak Wid, lama gak ketemu" balasnya
"Kamu itu loh, kemana aja?"
"Kakek sakit mbak Wik, asma Kakek kambuh. Jadi Lasmi harus menjaga Kakek. Sedangkan Nenek masih berjualan getuk. Tapi alhamdullilah, Kakek udah sembuh kok mbak" ucapnya
OOh,, Aku baru mengerti mengapa Lasmi jarang menampakkan batang hidungnya. Ternyata ini penyebabnya. Tiba-tiba, bus jemputan sekolah ku datang di halte ini
"Lasmi, mbak Wik ke sekolah dulu ya." pamit ku kepadanya. Dia hanya menganggukan kepala sambil menyunggingkan senyum kecil. Aku berjalan ke bus lalu mengambil tempat duduk yang kosong.
"Huh, untung aja masih jam 09.23" ucapku sambil melihat jam tangan. Buspun meninggalkan halte yang berada di perumahan rumahku.
Setelah selesai belajar tambahan, Aku langsung memilih menaiki Angkot biru. Ya ampun, Aku menyesal telah menaiki Angkot ini, penuh sesak,... Grrrr.,...
Setelah sampai di rumah dan terbebas dari kesesakkan angkot
"Assalamuallaikum" kataku sambil membuka pintu rumah
"Waalaikum salam Wid" jawab Ibu. Kulihat suasana di rumah sepi, Ayah kemana ya
"Bu, Ayah kemana?" tanyanku kepada Ibu
"Oh, Ayahmu toh. Tumben nanya, biasanya gak peduli" sindir Ibu.. Ya ampyun.. capedeh boo
"Aduh, lagi serius malah main2. Oh ya bu, tadi Wid ketemu Lasmi di halte"
"Kok bisa, memangnya dia kemana aja. Dari seminggu yang lalu ibu gak lihat"
"Kakeknya sakit Bu." Jawabku. Percakapan terhenti saat aku mau masuk ke dalam kamar.
Huhf.... capek sekali setelah beberapa jam belajar tambahan. Hmp.. besok hari Senin, Aku ingat, hari senin dan hari selasa itu sekolah ku libur, karena ada acara penting di sekolah ku... yes.. tapi, apa yang harus aku kerjain selama dua hari libur.. Hmp.. lebih baik, aku telpon kembar dempet ku di sekolah aja deh... Sindi..
Handphone ku mana ya.. oh ya, ada di dalam tas. Setelah mengambil Handphone, aku pun mulai menelpon Sindi
Akhirnya, Sindi pun mengangkat telepon
Sindi: "Assalamuallaikum..."
Aku: "Waalaikum Salam.."
Sindi: "Kenapa Wid, ada masalah apa?"
Aku: "Gak ada masalah apa-apa kok, hmp.. aku mau nanya nih, besok aku boleh gak main ke rumah kamu?"
Sindi: "Wah, maaf Wid, aku gak bisa. Aku mau menjenguk nenekku di rumah sakit. Oh ya, aku juga punya jadwal kosong, hari selasa. Gimana hari selasa aja"
Aku: "Oh, gitu.. Boleh boleh, hari selasa aku ke rumah kamu ya. Jam berapa?"
Sindi: "Jam 10.00 pagi sampai 13.00 siang aja ya. Tapi Ibu mu boleh?"
Aku: "Nanti kutanyakan. Ya sudah, makasih ya Sin.. Assalamuallaikum"
Sindi: "Waalaikum Salam"
Telepon pun terputus.. namun..
"Iya Wid, kamu boleh kok kerumah sindi" kata Ibu yang sedang berdiri di ambang pintu kamarku
"Walah bu, jadi Ibu nguping?" tanya ku terkejut
"Hehe,,,, udah ah,, ayo makan siang dulu."
Aku langsung beranjak dari kasur, lalu pergi menuju ruang makan.
Malam pun tlah tiba (Aneh ya.. dari siang ngeloncat ke Malam..). Aku hanya mendengarkan musik lewat MP3 playerku di kamar. Setelah cukup lama mendengarkan lagu, aku pun akhirnya terlelap sendiri #langsung molor.... -_-#
Senin pagi yang cerah...
Hoam... pagi semua #eh wid, ngomong ama siapa?#.. Hmp.. males, itulah yang kurasakan setiap hari libur.. Aneh tapi nyata ya... ckckck.. jadi keinget kata2 nenek nih. Kalau anak gadis itu subuh-subuh udah harus bangun kalau hari libur. Bantu-bantu bereskan rumah, kalau enggak, ntar jodohnya di cari ampe ke negri cina. Gak nyambung kan perkataan nenek.. Aneh tapi nyata.. gak usah dipercaya bagi yang baca.
Hmp.. dari pada bosen gini, mendingan mandi.. Aku pun segera menuju kamar mandi, lalu, cebar...cebur.. #gitu tuh suasana penulis kalau lagi mandi. Sangar,,,#..
Setelah selesai mandi, aku langsung memilih baju yang pas untuk senin ini. Mmmh... Kaus warna merah dengan lengan panjang, dan celana santai panjang warna putih #kaya warna bendera aja. Merah putih#.. Lalu, setelah itu, aku keluar kamar dan menuju keluar rumah. Mumpung Ibu gak liat. Aku langsung berjalan santai melihat rumah-rumah di perumahan ini. Tapi, lagi-lagi, aku melihat Lasmi yang sedang membawa nampan di atas kepalanya. Dia juga berteriak
"Getuk.. Getuk.." Aku salut dengan Lasmi, pagi-pagi gini udah mulai jualan. Patut dicontoh tuh.. ckckckck... malu deh aku, lebih tua daripada Lasmi, juga lebih pemalas daripada Lasmi.. Hahahaha... Akhirnya, Aku menyapanya.
"Hai Lasmi, apa kabar..."
"Baik mbak Widya. Tumben pagi-pagi udah jalan santai, apa gak bantu-bantu Ibu di rumah?"
"Hahaha... nyari udara Las.. Kamu masih jualan getuk toh, Ibu mbak mau beli tuh, dari kemarin dia mencari-cari. Ayolah mampir ke rumah"
"Oh, yo wis toh mbak, ayo..."
Lasmi mengikuti langkahku. Dia begitu bersemangat hari ini.
Setelah sampai rumah..
"Assalamuaaliakum.. Bu, ada Lasmi" panggilku
"Waalaikumsallam.. Eh Widya, kamu kok gak bantu pagi-pagi, cepat cuci piring sana. Dasar anak ini" kata Ibu. Aku hanya tersenyum malu-malu lalu segera menuju ke dapur untuk mencuci piring. Sementara Ibu berbincang-bincang dengan Lasmi.
Setelah selesai mencuci piring, aku langsung menuju ruang tengah untuk menonton TV, mumpung pekerjaanku udah selesai. Lalu, Ibu menghampiriku.
"Kamu besok jadi kan ke rumah Sindi?" tanya ibu
"Iya Bu" jawab ku singkat. Setelah berbincang-bincang tidak penting dengan Ibu, Aku langsung pergi lagi keluar rumah. Karena bosan hanya di rumah terus. Setelah berjalan-jalan sebentar, Aku ingin pulang kembali ke rumah, namun hujan turun dengan tiba-tiba. Tak ada jalan lain, aku berteduh di sebuah gang kecil. Hufh,,, bebas deh dari hujan. Suasana di gang kecil itu sepi, tapi biarlah..
Tiba-tiba, terdengar suara langkah sepatu. Saat ku toleh kebelakang, ampun...  ada preman. Hati ini bergetar banget. Kaku dan tak bisa lari. Preman itu mendekat ke arahku..
"Hai neng, sendirian aja nih" katanya mencagilku.. Sumpah, wajahnya bejad banget, rambut gondrong, ada anting-anting pula... Sinting...
"Maaf bang, aku gak punya apa-apa.." kataku. 1..2..3.. lari, tapi.. gak bisa, tanganku udah di tarik ama si preman sialan itu...
"Tolong-tolong.." kataku sambil menangis...
"Hahahaha,, di gang ini sepi,,, gak ada yang bisa menolong elu neng,,,"
"Diem lu... tolong..tolong" aku berteriak, wajah preman itu medekat ke wajahku,,, namun... Gebruk..
"Eh bang, jadi cowok jangan pernah ngerendahin harga diri cewek. Kalau merasa cowok, sini, tanding sama aku" kata seseorang yang sudah suksesnya menedang kepala si preman bejad itu. Lasmi... apa... itu Lasmi..
"Lasmi, jangan las,,,, bahaya" kataku kepada Lasmi...
Namun, pertengakaran sengit antara Lasmi dan preman itu. Tapi Lasmi bisa menahan tinjuan dari si preman... Bedepak... wajah si preman berhasil di tabok ama Lasmi... lalu bedepak... perut si preman berhasil juga di tinju ama Lasmi..
"Ampun neng... Ampun.." kata si preman lalu meninggalkan Aku dan Lasmi. Sementara Lasmi masih dengan nafas ngos-ngosan..
"Makasih Lasmi.." kataku sambil memeluknya,,
"Sudah mbak, kita duduk di bangku itu dulu yok" katanya. Lalu dia kembali berkata
"Mbak kenapa ada di gang ini. Gang ini bahaya mbak, untung aja premannya masih satu, bukan 5 ama anggota-anggotanya..."
"Mbak nggak tau Las.." kataku yang masih menangis
"Udah mbak, gak usah nangis, sekarang kita pulang ke rumah mbak aja"
"Tapi Las, kok kamu punya ilmu silat kayak gitu?"
"Kakek yang ngajarin mbak. Kakek kan sebenarnya keturunan Betawi mbak. Yaudah, pulang yok" Aku terpaku mendengar perkataannya itu... gak mungkinkan.. tapi, aku percaya..
Setelah sampai dirumah, Ibu menyambut kami dengan wajah cemas..
"Widya, Lasmi,, kenapa kalian.. kok Widya nangis?" tanya Ibu cemas. Akhirnya, Aku dan Lasmi menjelaskan hal yang kami alami tadi kepada Ibu. Setelah mendengar itu, Ibu hanya geleng2 kepala. Dan memberiku nasihat agarf menjaga diri baik-baik. Ibu juga memberi Lasmi uang Rp 100.000,- rupiah. Dengan senang hati Lasmi menerimanya.
Aku sangat berterimakasih kepada Lasmi atas jasa-jasanya..

Terimakasih Lasmi, juga dengan jasa-jasamu, sudah membuktikan bahwa orang yang rendah derajatnya juga pasti mempunyai kemampuan yang tinggi. Dan juga para pembaca, jangan pernah menganggap remeh dengan orang yang rendah derajatnya dari kalian..

See You..

1 komentar: